Ayahmu Pecundang

Hening di sudut kamar hanya terdengar detak jam dinding yang menemani aku yang masih terjaga. mata ini sulit sekali untuk di pejamkan. Aku teringat akan bayangan itu selalu datang di saat datang malam lelah menerpa, gelisah ,kecewa dan penat yang kini hinggap di jiwa dan raga ku. Dan suara itu mulai terdengar lagi "Ayah, Misel ingin ikut Lomba sempoa di GSC Cikarang". tar ayah ikut ya... nganter." anaku merajuk, Ya itung2 buat nge-tes mental nya yah , Pendaftaran nya harus sudah masuk senin depan",istriku menimpali pada suatu sore minggu lalu...Aku tertegun...suara2 itu mulai hilang.

Sejenak ku lihat istriku yang sedang tertidur pulas. tampak raut wajah nya yang nampak kelihatan lelah sekali ,menjaga mengurusi anak2 ku seharian tadi. di samping istri ku tergeletak kedua anak ku yang sedang teridur manis. Ku amati Bidari dan pangeran ku tampak sekali wajah2 polos yang masih lugu . Maafkan ayah nak...bathinku. bukan nya ayah tak mau membelikan mu buku pelajaran sempoa dan tas cantik yang kamu minta tadi siang, tetapi ada yang lebih perlu dari pada itu dan tak kau perlu tau.

Kali ini ayah tak bisa menuruti ke inginan mu,sedih rasa nya bathin ini. Aku dan mamah mu bertekad untuk selalu menjaga mu dan membahagiakan kalian dan menuruti apa kemauan dan manja kalian.tetapi mungkin bukan saat ini.

Tetapi Ayah akan bertekad untuk memuluskan semuanya.
Padahal biaya nya tidak begitu besar, tapi memang bener2 tak ada. Tidak adil memang, semuanya lebih besar buat biaya kuliah ku. sungguh suatu ironi.

Sampai saat ini aku masih belum bisa untuk menghindari nya.
Lomba Sempoa tinggal satu minggu lagi dan persiapan nya belum ada sama sekali , Oh Tuhan.. sanggupkah aku menjadi ayah yang baik di mata anak2 ku

Waktu telah menunjukan jam tiga dini hari, aku lelah sekali, besok pagi aku harus kembali menunaikan tugasku mencari nafkah.
Ayah berjanji nak , akan mendapftar kan mu di lomba sempoa itu... Insya Allah
jam 03.00

0 comments:

Post a Comment