NIKMATNYA BERAKHLAK QUR’ANI

Demi (buah )Tin dan (buah)Zaitun, Dan demi bukit Sinai, Dan demi kota (Mekah) ini yang aman, Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya? ( QS. At-Tin : 1-8)

Bila kita menyimak firman-firman Allah diatas, tampak keagungan dan kebesaran, Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, yang tidak sekedar menjadikan manusia seperti halnya mahluk biasa, namun Ia jadikan sebagai puncak dari ciptaan-Nya yang berbeda dari mahluk-mahluk yang lainnya. Diiringi dengan nilai dan kualitas makhluk yang paling mulia, Allah telah menggambarkan kualitas kemanusiaan tersebut dalam sebuah aturan main menuju proses penyempurnaan diri yang tidak hanya diukur sebagai sebuah fitrah,namun lebih daripada itu, ia merupakan sebuah usaha dan perjuangan keras menuju kemanusiaan yang sempurna. Maka berbahagialah ,mereka yang telah sampai kepadanya,dan merugilah bagi mereka yang telah mengotori jiwanya. Sebagaimana dalam firmanNya.


Dan jiwa serta penyempurnaanNya (ciptaanNya),maka Allah mengilhamkan kepada jiwa tersebut (jalan)kefasikan dan ketaqwaannya . Maka beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan merugilah siapa yang mengotorinya. Tertanam dalam hati manusia,bahwa proses penyempurnaan jiwa bukanlah hal yang mustahil,ghoib bahkan mustahil adanya,namun ia merupakan sebuah proses yang sangat dimungkinkan bagi tiap manusia untuk sampai kepadanya. Denga fitrah kemanusiaanya, kemampuan daya akalnya,serta keyakinannya pada kitab suci Allah sebagai petunjuk hidup,mengantarkan manusia pada cahaya kebenaran akan jalan yang di ridhoi Allah SWT. Sebagaimana dalam firman-Nya:

“ Hai manusia ,sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” ( QS. An Nisa: 174)

Ada pun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang Teguh kepada Agamanya ,niscaya Allah akan memasukan mereka kedalam Rahmat-Nya dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki kepada mereka jalan yang lurus.

Dalam tradisi kaum sufi terdapat postulat yang berbunyi “Man ‘arafa nafhsahu faqad ‘arafa rabbahu “ “Siapa yang telah mengenal dirinya maka ia (akan mudah)mengenal Tuhannya”. Tampak pengenalan diri merupakan ‘tangga’ yang harus dilewati seseorang untuk mendekati jenjang yang lebih tinggi dalam mengenal Tuhannya.

Namun realita saat ini , menjadikan manusia selalu dipengaruhi berbagai macam hambatan maupun anomali-anomali sosial. Dengan majunya spesialisasi dalam dunia ilmu pengetahuan dan perkembangannya differensiasi dalam profesi kehidupan , menjadikan potret maupun konsep tentang realitas manusia semakin terpecah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tidak menggambarkan sosok manusia secara utuh. Manusia hanya dijadikan suatu obyek kajian material belaka yang mengesampingkan arti dan hakekat manusia itu sendiri, bahkan manusia selalu hanya dijadikan suatu obyek yang mengandung sejuta misteri yang mengundang kegelisahaan kaum intelektual untuk berlomba mencari jawabannya . Semakin ia mendalami suatu sudut kajian tentang manusia , maka semakin jauh ia terkurung dalam bilik lorong yang ia masuki ,yang berarti hilanglah pemahamannya tentang manusia secara komperhensif dan berakhir dengan menjauhnya ia dari Tuhannya.

Sudah saatnya manusia mengenal arti dan makna kehidupan dalam dirinya yang di ejawantahkan dalam mendalami falsafah “ Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”, bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya,dan kepada-Nyalah kita kembali.

Sebuah ucapan yang sangat sederhana ,simple dan enteng untuk diucapkan,namun ia memiliki makna yang sangat dalam untuk menggambarkan asal muwassal bahkan originalitas manusia itu sendiri.

Sudah saatnya manusia sadar ,bahwa manusia memiliki sifat-sifat yang menyerupai sang Khaliq dan paling potensial untuk mendekati-Nya. Seperti dalam firman-Nya yang menggambarkan bahwa manusia merupakan bagian dari ruh yang ditiup Allah kedalam jiwanya, ini menandakan manusia merupakan bagian dari ciptaan-Nya yang mulia.

“ Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya yang telah meniupkan kedalamnya ruh (‘ciptaanKu)maka tunduklah kamu dengan berdujud” (QS. Al Hijr: 29)

Dalam mengantarkan manusia untuk mengenal jati dirinya , untuk kemudian membawanya pada proses penyempurnaan diri ,perlu kiranya mengenal beberapa tahapan yang dapat memudahkan sang makhluq menuju sang Kholiq di antaranya:

1. Ta’alluq( Menggantungkan hati dan pikirannya hanya untuk Allah)

Dalam istilah lain dikenal dengan dzikir kepada Allah. Dan berusaha mengingat dan mengikatkan kesadaran hati dan pikiran kita kepada Allah. Apapun,bagaimanapun dan dimanapun kondisi seseorang mukmin berada,maka ia terikat dan tidak terlepas dari berfikir dan berdzikir kepada Allah . Sebagaimana dalam firman-Nya:

“Yakni orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami , tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau , maka perihalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imron: 90)

2. Takhalluq (berakhlak sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an)

Takhalluq merupakan suatu upaya menuju proses penyempurnaan diri melalui pengejewantahan sifat-sifat Tuhan yang mulia untuk dapat ditiru dalam sifat-sifat seorang mukmin. Sehingga ia memiliki sifat-sifat mulia sebagaiman sifat-sifat Tuhan. Proses ini biasa juga di sebut proses internalisasi sifat Tuhan ke dalam diri manusia. Seperti halnya banyak diantara kalangan sufi yang dalam hal ini menyandarkan Hadist Nabi yang berbunyi: “Takhallaq bi Akhlaqillah”. Yang artinya berakhlaqlah seperti akhlaq Tuhan.

3. Tahaqquq (Aktualisasi sikap)

Adalah merupakan suatu proses untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya sebagai seorang mukmin-sebagaimana tercermin dalam proses takhalluq-untuk kemudian mengaplikasikannya dalam perilaku kehidupanny sehari-hari. Ia merupakan proses terakhir dari pengejewantahan proses takhalluq untuk menuju manusia yang sempurna. Sebuah gambaran singkat menuju proses penyempurnaan diri manusia ,yang berangkat dari pengenalan arti dan hakekat manusia itu sendiri , untuk kemudian sampai kepada Tuhamnya.

Dengan mengamalkan ketiga langkah tadi, maka insya Allah akan tebentuk akhlak sejati seorang mukmin, yang selalu menyandarkan keyakinannya kepada Allah. Akhlak yang kokoh dan tidak akan mudah goyah hanya karena godaan duniawi.

Dan untuk menjaga agar proses ini tetap berjalan maksimal, yang terpenting dari semuanya adalah sikap istiqamah (konsisten). Sebagaimana disebutkan oleh salah satu ulama “Istiqamah itu lebih baik dari seribu berkah”. Kenapa bisa demikian ? Karena dengan istiqamah, maka seseorang akan selalu melihat dan mengevaluasi dirinya, apakah hari ini lebih baik dari kemarin, ataukah sama dengan yang kemarin, atau malah –naudzubullah min dzalik- lebih buruk dari kemarin.

Tentunya , seorang mukmin yang istiqamah dijalan kebenaran ,maka tidak ada hari yang lebih buruk dari hari kemarin.

Dalam pepatah arab yang sangat terkenal disebutkan “ La khoiro fii khoirin laa yadumu” yang artinya kurang lebih adalah “ tidak ada kebaiakan/keutamaan untuk sebuah kebaikan yang tidak kontinyu” . Dan kejelekan yang tidak kontinyu (langsung berhenti )itu lebih baik daripada kebaikan yang tidak kontinyu/berkelanjutan “. Hikmah dari pepatah ini sangat jelas ,bahwa kebaikan yang akan menghasilkan efek positif adalah ketika kebaikan itu selalu berkelanjutan. Bukan kebaikan yang langsung berhenti pada satu kesempatan saja.

Jadi, mari kita jadikan kebaikan yang telah kita laukan selalu berkelanjutan dan berkesinambungan. Jangan biarkan kebaikan kita langsung lenyapa dan kalah oleh kejahatan yang telah tersusun demikian rapi. Bagitu banyak kejahatan dan kemaksiatan yang merajalela dan membahayakan generasi masa depan Islam, semakin membuat kita miris . Bari bersama kita tingkatkan Iman kita. Kita perbaiki diri kita dan kita ganti semua kejelekan dalam diri kita dengan akhlak Qur’ani . Semoga Allah senantiasa memberikan jalan hidayah-Nya untuk kita semua.

Aamiin.

0 comments:

Post a Comment