FREE SEX $ FREE LIFE YANG MENGHANCURKAN GENERASI BANGSA

Akhir-akhir ini dunia hiburan dan surat kabar di Indonesia dihebohkan oleh terbongkarnya kasus video porno penyanyi dan presenter yang digandrungi oleh anak-anak muda. Kasus tersebut bahkan mengalahkan perhatian kita pada kebiadaban Israel terhadap rombongan aktivis kemanusiaan yang datang ke Palestina untuk memberikan bantuan. Tidak hanya itu saja, kasus tersebut juga mengalahkan hebohnya kebijakan pemerintah yang hendak mencabut subsidi BBM untuk kendaraan bermotor, kebijakan menaikan tarif listrik dan beberapa kasus korupsi maupun kasus yang lain. Sungguh , ini sangat menyedihkan.

Yang lebih dahsyat lagi adalah, bahwa ternyata rekaman video porno tersebut pun kini telah menjadi konsumsi public. Mulai dari anak-anak remaja ,anak kuliahan , buruh,ibu-ibu rumah tangga ,dan bahkan –na’udzubillah min dzalik- para tenaga pengajar telah melihat video tersebut . Mereka semua penasaran untuk melihat video tersebut dikarenakan hebohnya pemberitaan media yang selalu menyoroti kasus tersebut. Jadi, pemberitaan media yang demikian gencar tersebut malah menciptakan kondisi terbalik , yaitu bukannya menciptakan budaya menjaga norma dan akhlak yang benar serta kritik sosial , tapi malah menciptakan hawa mesum dan free life terhadap masyarakat, terutamanya adalah generasi bangsa.


Dunia remaja dan anak muda Indonesia sekarang memang telah mengalami kemunduran dalam segi moral. Kemajuan dan pengembangan IPTEK yang demikian pesat ternyata tidak di barengi dengan pengajaran akhlak atau moral yang sesuai. Alih-alih mengendalikan lembaga pendidikan untuk dapat mengubah akhlak generasi muda kita menjadi lebih baik , para orang tua pun yang notabene merupakan pondasi dasar yang harus mendidik anaknya agar lebih berakhlak dan bermoral ternyata lebih mementingkan pekerjaan dan kesibukannya. Tidak adanya perhatian yang cukup dari orang tua inilah yang membuat arus pendidikan moral dan akhlak menjadi semakin mundur. Para orang tua sekarang kebanyakan berpikir bahwa dengan mencukupi kebutuhan keluarganya, mulai dari sandang pangan papan sampai kebutuhan sekunder lainnya telah mewakili perhatian mereka. Dengan memfasilitasi kebutuhan materi anak dan kelurga, maka berarti mereka telah melaksanakan tanggung jawabnya memberikan nafkah. Apakah benar seperti itu? Tidak. Sama sekali tidak. Dan bahkan itu adalah cara pandang yang salah.

Mempasilitasi kebutuhan materi, mulai dari sandang,pangan,papan dan biaya sekolah maupun kebutuhan sekunder justru malah merusak generasi bangsa. Mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan akan mendapatkan pengajaran tidak langsung dari orang tuanya bahwa yang namanya kesejahteraan hidup adalah etika kebutuhan materi telah tercukupi. Akibatnya, mereka terperangkap dalam budaya hedonism, konsumtif, tidak kreatif –dan bahkan lebih parah adalah- tidak bermoral. Dalam benaknya, yang dipikirkan hanyalah kebutuhan fisik, kebutuhan materi dan pemuasan nafsu. Na’udzubilla min dzalik!.

Para orang tua sekarang kebanyakan merasa bangga kalau anaknya telah mendapatkan pendidikan yang cukup tinggi. Mereka juga merasa bangga kalau anaknya telah mampu menguasai berbagai macam alat teknologi dan tidak Gap Tek (Gagap Teknologi). Tetapi, yang sangat disayangkan adalah bahwa

kebanggan itu tidak disertai dengan pengawasan dan perhatian yang cukup. Tahukah Anda, apa yang dilihat dan dibaca anak Anda ketika sedang ber-internet? Tahukah anda pola pergaulan diluar yang diikuti anak Anda? Dan tahukah Anda apa yang dilakukan anak Anda dengan Handphone dan Ipod? Dahsyat! Ternyata kebanyakan orang tua tidak tahu dengan pasti kebiasaan anaknya ketika menggunakan alat teknologi tersebut! Bahkan yang lebih mengerikan adalah, bahwa banyak orang tua yang sama sekali tidak tahu kebiasaan anaknya dengan alat teknologi tersebut hanya dikarenakan mereka –para orang tua- sendiri tidak faham cara menggunakan alat teknologi alias Gap Tek.

Seperti itukah gambaran pengajaran yang diajarkana Islam? Islam mengajarkan kepada kita agar terus mencari ilmu dan menambah wawasan pengetahuan kita. Kalau kita sendiri sebagai orang tua tidak menguasai sarana yang kita berikan kepada anak-anak kita, lalu bagaimana cara kita mengawasi dan memberikan perhatian yang tepat untuk kita? Jangan karena kita berpikir bahwa anak kita mesti lebih baik dari kita, lantas kita hanya focus kepada pekerjaan dan kesibukan kita mencari materi. Jangan karena kita merasa telah mengabaikan kesempatan muda kirta untuk belajar, lantas sekarang kita menjadi mengesampingkan pengetahuan. Na’udzu billah min dzalik!

Inilah fonomena yang menyeramkan yang melanda kehidupan masyarakat kita. Begitu dahsyatnya serangan dari musuh-musuh Islam yang dilakukan dengan sangat halus dan rapi. Ghazwul Fikri! Ya..itulah bentuk dari Ghazwul Fikri yang gencar dilakukan untuk merusak generasi umat ini, dengan cara merubah pola pikir orang tua terlebih dahulu. Tidak terkecuali para tenaga pendidik dan ustadz. Merekalah justru yang menjadi sasaran utama. Dengan mengubah pola pikir tenaga pendidik, maka umatpun akan dengan mudah mencontoh tenaga pendidik dan ustadz tersebut. Coba kita lihat dan renugkan!

Selamatkan generasi umat denga Islam

Fakta bahwa degradasi moral dan akhlak telah mewabah dikalangan generasi umat sekarang patut kita waspadai. Kemunduran moral dan akhlak tersebut sejatinya dikarenakan perhatian dan pengawasan yang kurang dari para orang tua. Dan satu lagi yang semakin hilang dari generasi sekarang adalah budaya tawashou bil haqq wa tawashou bish-shobr (nasehat menasehati kebenara dan kesabaran). Karena itulah,maka dengan mudahnya budaya-budaya barat meresap dan diikuti oleh anak-anak muda. Mulai dari free sex(sex bebas), free life(hidup bebas), budaya hidup yang konsumtif dan budaya hidup yang kurang serba boleh(permisif).

Agar umat ini terbebas dari kehancuran , maka focus perhatian utama kita sekarang adalah membenahi dan menciptakan moral atau akhlak yang baik untuk generasi muda. Masa depan umat ini ada di tangan mereka para generasi muda, dan masa depan mereka ada ditangan kita. Kita lah yang bertanggung jawab terhadap terhadap genersi muda tersebut . Dan kitalah yang berkepentingan untuk membentuk karakter anak muda, karena pendidikan dasar mereka yang paling hakiki ada dalam keluarga.

Jadi , kalau kita sering menyalahkan dunia pendidikan dengan biaya sekolah yang melangit atau nasib tenaga pengajar yang nggak wajar, maka yang sejatinya patut untuk dipersalahkan lagi adalah kita sendiri. Yaitu , mengapa perilaku anak-anak kita sekarang menjadi kian bebas tanpa batas? Mengapa tawuran antar pelajar atau narkoba yang menjerat remaja masih sering terjadi? Dan yang sekarang lebih parah adalah ,mengapa kini budaya mesum banyak menggoda remaja untuk jadi pemuja syahwat? Yang akibatnya tidak hanya merusak moral dan masa depan remaja ,tapi juga menyeret remaja dalam perilaku aborsi, penularan penyakit menular seksual ,hingga prostitusi . Itulah akibatnya kalau kita hanya mengandalkan proses pendidikan dan pembentukan karakter anak kepada lembaga pendidikan. Karena itulah, maka bersama-sama kita evaluasi diri kita. Bersama-sama kita perbaiki diri kita. Dan bersama-sama kita bahu membahu membentuk karakter anak kita sedari dini. Mulai dari sewaktu masih berada dalam kandungan sampai mereka besar dan dewasa. Bahkan sampai titik nafas terakhir kita.

Agar budaya barat dan musuh Islam yang merusak umat ini tidak semakin meluas dan makan banyak korban, maka itu kita dan semua pihak mesti memberikan perhatian lebih kepada generasi sekarang. Masyarakat juga mesti aktif mencegah penyemaian benih-benih budaya yang merusak ini. Kalau ada yang pacaran , terus mojok berdua di tempat sunyi , jangan takut untuk menegurnya . Jangan nunggu sampe mereka bunting dulu . Begitu juga kalau kita melihat anak-anak kita sibuk ber-sms-an dan ber-internet. Kita mesti rajin memberikan pengarahan dan perhatian kita . Perahatian dan pengarahan kita tidaklah selalu berbentuk refresif (keras), tapi alangkah lebih baik kalau kita menciptakan budaya positif dalam kelarga, seperti saling menasehati , mengaji ,dan beribadah.

Terakhir, kedudukan kita sebagai manusia jauh lebih mulia dari cacing tanah , ulet keket,dan sejenisnya . Karena itu , jangan rendahkan diri kita dengan penganut gaya hidup yang permissif atau budaya mesum yang menuhankan hawa nafsu. Allah swt berfirman:

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak , bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang terna itu).

Makanya, selain penerapan hokum Islam yang baik dan kepedulian masyarakat , pembinaan mental dan keimanan remaja juga mesti dilakukan gun membentengi remaja dari budaya mesum dan sikap permissive. Sehinggga lahir rasa malu bermaksiat dan takut kepada azab Allah swt yang akan menjaga martabat remaja meski jauh dari pengawasan ortu atau guru. Mari kita selamatkan remaja dari jeratan budaya kapitalis sekuler dengan Islam. Ikut ngaji, siapa takut!

Zhafa Irsyad, Lc.

0 comments:

Post a Comment