PILAR - PILAR KEJAYAAN ISLAM

“ Sesungguhnya agama (yang di ridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19)

Sebagai muslim kita meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar (haq), syari’atnya unggul dan sempurna serta tidak ada yang menandingi. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT:

“ Sesungguhnya agama (yang di ridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19) “Islam itu tinggi sempurna dan tidak ada yang menandingi” (Hadits) Hanya Islam yang akan membawa kepada keselamatan:


“ Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85) Disisi lain, Allh juga mensifati umat Islam dengan umat yang terbaik: “ Kalian adalah umat terbaik….” (Alli Imran: 110) Hanya saja ketika Allah mensifati kebaikan atas umat Islam, hal itu bukanlah suatu yang digaransi serta merta, melainkan bersyarat. Kelanjutan ayat tersebut: “ Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan (dihadirkan) untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yan munkar, dan kalian senantiasa beriman kepada Allah…” (Ali Imran: 110)

Ayat ini menjelaskan bahwa umat Islam menjadi khairu ummah dan berjaya manakala: hadir dan berinteraksi dengan masyarakat manusia Memerintahkan dan mengarahkan manusia kepada kebaikan mencegah dan menghalangi manusia dari perbuatan kemungkaran dan kerusakan Istiqomah diatas jalan keimanan. Berbagai syarat tersebut terangkum dalam kata kepemimpinan.

Hal ini berarti umat Islam menjadi umat terbaik manakala ia tampil memimpin dalam kehidupan manusia dimuka bumi. Ketika kita berbicara kepemimpinan sesungguhnya kita berbicara kekuata. Dimanapun dan kapanpun pihak yang dipimpin adalah pihak yang kuat. Pihak yang mampu memerintah ,melarang, mewarnai dan mengarahkan adalah pihak yang memiliki kekuatan. Sebaliknya pihak yang lemah dia akan senantiasa didominasi, dikendalikan, diatur dan diwarnai oleh pihak lain yang lebih kuat.

Ada tiga pilar utama kekuatan umat Islam, yakni: Pertama, kekuatan jiwa (quwwatur ruhiyah) Kedua, Kekuatan persatuan (quwwatul wihdah) Ketiga, kekuatan materi (quwwatul madiyah) .

Kekuatan jiwa(ruh)adalah kekuatan yang paling utama. Kekuatan jiwa lahir dari keimanan kepada Allah SWT.”Sesungguhnya orang-orang yang mengaakan “ Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka istiqomah, maka akan turun para malaikat atas mereka dengan mengatakan janganlah kalian takut dan janganlah kalian bersedih, dan bergembiralah kalian dengan surga yang dengannya kalian dijanjikan”(Fushshilat: 30)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa buah dari komitmen dan keistiqomahan dalam keimanan adalah hilangnya rasa takut (khauf) artinya muncul keberanian(syaja’ah), dan tiadanya rasa sedih(huzn) artinya muncul semangat dan optimisme(tafa-ul). Dengan keimanan kepada Allah dan harapan perjumpaan serta balasan disisi-Nya kelak diakhirat menjadikan seorang mu’min terbebas dari ketakutan-ketakutan dalam kehidupan dunia. Mereka meyakini bahwa tidak ada sesuatupun dalam kehidupan ini diluar kuasa Allah. Yang memberikan manfaat dan menimpakan madarat sejatinya hanyalah Allah, bukan manusia maupun mahluk yang lain. Dengan demikian tidak ada yang ditakuti oleh seorang mukmin dalam kehidupannya selain Allah. Dengan keimanannya pula seorang mukmin menyadari bahwa kehidupan dunia bukanlah segalanya , ia bukan tujuan melainkan hanya tempat persinggahan. Ia menyadari bahwa terminal akhir adalah akhirat. Seorang mukmin menyadari bahwa kehidupan hakiki adalah akhirat , sebuah kehidupan yang kekal abadi tiada berkesudahan.

Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan selama-lamanya dan inilah yang senantiasa diharapkan seorang mukmin. Sebagaimana penderitaan akhirat bisa jadi adalah penderitaan tiada berkesudahan dan seorang mukmin senantiasa berlindung dari hal ini. Sedangkan kebahagiaan ataupun penderitaan didunia mereka sadari hanyalah sesaat, dibatasi dan selesai dengan datangnya ajal kematian . Dengan logika keimanan semacam ini menjadikan seorang mukmin menjalani kehidupan dunia dengan tenang tanpa kesedihan.

Mereka berusaha mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan duniawi, namun demikian mereka tidak melupakan akhirat. Manakala mereka tidak mampu mereka tidak mampu meraih kesenangan duniawi , mereka tidak bersedih karena yakin balasan akhirat. Atas dasar hal ini pula maka tidak ada dalam kamus orang yang beriman istilah putus asa dan prustasi menjalani kehidupan , seberat dan sepahit apapun kondisi yang dia hadapi didunia. Persatuan adalah sumber kekuatan . Filosofi lidi , manakala bercerai-berai mudah untuk dipatahkan , namun ketika dihimpun dan diikat kuat menjadi sapu maka akan sulit bahkan tidak dapat dipatahkan. Sebagaimana juga ribuan batu bata yang dibiarkan berserakan tidaklah memiliki kekuatan , namun ketika disusun rapi dan dieratkan dengan pasir dan semen lahirlah sebuah dinding dan benteng yang kokoh tidak tertembus.

Umat Islam akan memiliki kekuatan manakala bersatu. Ketika mereka berpecah belah , bercerai berai dan sibuk dengan perselisihan sesungguhnya mereka akan menderita kelemahan . Kekuatan materi ,sarana dan uang adalah kekuatan yang kesekian setelah keimanan dan persatuan . Seberap banyak materi tersedia tanpa adanya keimanan dan tujuan ikhlas semata untuk bekerja meraih keridhoan Allah serta tanpa adanya kesatuan hati antara kaum muslimin, hanya akan menjadi sumber bencana. Seringkali sesame umat Islam justru saling iri, saling dengki, saling memusuhi dan menyakiti lantaran berebut materi duniawi.

Wallahu a’lam bish showab

Judi Muhyiddin,S,Sos.I.

0 comments:

Post a Comment