DIMULAKAN DENGAN BISMILLAH

“setiap perbuatan yang tidak dimulai dengan bismillah, maka akan dicabut darinya keberkahan “ (al hadits )

Merupakan sunnatulllah bahwa setiap kita pasti ingin selalu melakukan suatu pekerjaan. Bekerja berarti bergerak, bergerak merupakan tanda kehidupan. Allah perintahkan kepada semua makhluk khususnya kita sebagai ummat manusia untuk bekerja. Tanpa pekerjaan dan aktifitas, tentu kehidupan kita akan menjadi hampa. Hambar dan tidak produktif.

Dan bagi orang beriman kegiatan atau aktivitas adalah sarana menebar kebijakan, baik kata maupun perbuatan selalu memberikan kebaikan pada dirinya dan orang lain. Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktifitas atau kegiatan tanpa mengucapkan kalimat bismillah.


Sebenarnya apa keistimewaan dari bismillah sehingga Allah dan Rasul-nya mensyariatkan kepada kita untuk melalui segala aktifitas, perbuatan dan kegiatan dengan membaca bismilllah?sebagian ulama mengatakan bahwa “bismillah merupakan isi kandungan ajaran islam” karena disitu ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas yang di inginkan, pengakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taalla. “Lahaula wala quwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas ijin Allah). Apa lagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillahirrahmannirahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahim-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Jika kita runut secara bahasa, maka akan kita dapatkan keagungan kalimat bismillahirahmanirrahim. Kata bismillah merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung arti yang agung yaitu Ba (bi), Ism, dan Allah.

1.Huruf ba yang dibaca bi disini ada dua arti:

Pertama: huruf bi yang di terjemahkan dengan kata “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucapkan basmallah, yaitu saya memulai. Sehingga bismillah berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah), “mulailah dengan nama Allah!”.

Kedua: huruf bi yang di terjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapan seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang di kerjakan itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama-setelah menghayati arti basmalah ini- ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri karena ketika itu dia telah menyadarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah yang maha kuasa itu.

2.Kata ims setelah huruf bi terambil dari kata assumuw yang berarti tinggi dan mulia atau dari kata as-simah yang berarti tanda. Kata ini biasa diterjemahkaan dengan nama. Nama disebut ism, karma ia seharusnya dijunjung tinggi atau karena ia menjadi tanda bagi sesuatu. Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan dengan penyebutan Nama disini berarti dirinya memulai pekerjaan dengan Nama Allah dan atas perintah-Nya bukan karma atas dorongan nafsu belaka.

Penyebutan nama Allah di harapkan pekerjaan itu menjadi kekal di sisi Allah yang nama-Nya disebut itu yang kita harapkan menjadi kekal karna Dia justru maha kekal. Namun yang kita harapkan adalah agar pekerjaan yang kita lakukan itu serta ganjarannya menjadi kekal sampai hari kemudian. Banyak pekerjaan yang di lakukan seseorang tetapi tidak mempunyai bekas apa - apa terhadap dirinya atau masyarakatnya, apalagi berbekas dan di temui ganjaranya di hari kemudian. Demikianlah Allah mentamsilkan perbuatan orang orang yang kafir yang tidak di barengi dengan keikhlasan kepada Allah, “dan kami hadapi hasil hasil karya mereka (yang baik-baik itu), kemudian kami jadikan ia (bagaikan) bagaikan debu yang berterbangan (sia-sia belaka ). (QS 25:23) berarti mengherankan atau menakjubkan. Jadi tuhan di namai Allah karna segala perbuatannya menakjubkan dan mengherankan. Karena itu terdapat petujuk yang menyatakan, “berfikirlah tentang makhluk- makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat-nya”.

Sementara itu sebagian ulama mengungkapkan bahwa kata Allah terambil dari kata aliha-ya’lahu yang berarti menuju dan bermohon. Tuhan di namai Allah karena seluruh makhluk menuju kebutuhan mereka, atau juga berarti menyambah dan mengabdi, sehinga lafazh Allah berarti “zat yang berhak di sembah kepada-Nya tertuju segala pengabdian”.

Syaikh Mutawalli Sya’rawi, seorang guru besar pada Universitas al-Azhar, ulama kontemporer dan pakar bahasa menyebutkan dalam tafsir-nya tentang keistimewaan lafazh Allah; “lafazh Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-nya dengan ucapan atau perbuatannya. Kata ini selalu menunjuk kepada Dia yang di harapkan bantuan-Nya itu. Perhatikan kata Allah. Bila huruf pertamanya di hapus, maka ia akan terbaca Lillah yang artinya “demi/karna Allah”. Bila satu huruf berikutnya di hapus, akan terbaca lahu, yang artinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya di hapus, maka ia akan tertulis huruf ha yang dapat di baca hu (huwa) yang artinya Dia”.

Apabila anda berkata Allah maka akan terlintas seyogianya terlintas dalam benak anda sifat kesempurnaan. Dia maha kuat, maha bijaksana, maha kaya, maha Berkreasi, seseorang yang mempercayai tuhan, pasti meyakini Bahwa tuhannya maha sempurna dalam segala hal, serta maha suci dari segala kekurangan.

Abu hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya Rahmat tuhan: “aku mendengar Rahmat itu menjadi seratus bagian, disimpan di sisi-nya Sembilan puluh Sembilan dan diturunkan-nya kebumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang di bagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang di bagikan itu diperoleh pula oleh)seekor binatang yang mengangkat kaki-nya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anak-nya”. (HR. muslim)

Dalam ungkapan lainnya disebutkan bahwa kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang di berikan didunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lain-Nya. Bukankah kita dengan kasih saying-Nya telah di berikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan aktivitasnya, walaupun sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayangnya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-nya.

Sementara itu kata Rahim diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat yaitu hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus di berikan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahwa semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahwa semua amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk kesyurga-Nya kecuali karena Rahmat-Nya.

Suatu kali Rasulullah Saw berpesan kepada para sahabatnya, “bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa amal kalian tidak menjamin kalian masuk syurga. Sambil terheran para sahabat bertanya, “termasuk engkau Rasulullah”? Rasulullah Saw menjawab, “Betul, termasuk saya.. kecuali jika Allah menganugerahkan Rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku “.

Wallahu a’lam. Ayo kita mulai dengan

Bismilah.

Muhammad nurkholis

Pengajar bahasa arab

Pesantren karyawan mimbar huffazh

0 comments:

Post a Comment